PENGGUNAAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENGEMBANGAKAN PENALARAN MORAL

Main Article Content

Royhanun Siregar Ulfah Nury Batubara Nabilah Siregar

Abstract

Masa remaja merupakan priode penting dalam perkembangan penalaran moral dan juga masa pencarian identitas diri. Sehingga, pada masa inilah remaja mudah terpengaruh oleh aktivitas-aktivitas negatif yang paling banyak didapatkan dari lingkungan sekitar remaja seperti, pergaulan bebas, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran antar pelajar, aborsi dan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan remaja menunjukkan akan rendahnya penanaman nilai moral dalam kehidupan, yang pada akhirnya remaja tidak mampu memilah mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas moral dan menghambat terjadinya perilaku amoral pada remaja adalah dengan mengembangkan penalaran moral dengan membenahi kembali kognitif atau cara berfikir sehingga mampu menolak akan perilaku amoral dan mengembangkan perilaku yg sesuai dengan aturan. Teknik assertive training merupakan salah satu teknik yang ada pada pendekatan konseling kognitif perilaku yang berfungsi menyadarkan remaja akan perilaku yang keliru dan dapat mengelola kembali perilaku sesuai dengan nilai-nilai norma.

Article Details

How to Cite
[1]
R. Siregar, U. N. Batubara, and N. Siregar, “PENGGUNAAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENGEMBANGAKAN PENALARAN MORAL”, JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT, vol. 10, no. 2, pp. 612-615, May 2022.
Section
Artikel

References

Aditya, N. (2015). KPAI:Permasalahan Anak Semakin Kompleks, Perlu Penanganan Serius (Kriminalitas.com) diakses dari http://kriminalitas.com/kpai-permasalahan-anak-semakin-kompleks-perlu-penanganan-serius/.
Ansari. (2013). Kompas.com KPAI: Sekolah Perlu Membangun Sistem Perlindungan Anak diakses dari http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/01/2217290/KPAI.Sekolah.Perlu.Membangun.Sistem.Perlindungan.AnakBeck, Medelson, Mock & Erbaugh. (1961). Cognitive Therapy of Depression. New York: Gulford Press.
Beerthuizen, M. G., Brugman, D. &Basinger, K. S. (2013). “Oppositional deflance, moral reasoning and moral value evaluation as predictors of self-reported juvenile delinquency”. Journal of Moral Education, 42 (4), hlm. 460-474.
Corey,G. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama.
Duska, R. & Whelan, M. (1975). Moral Development: A Guide to Piaget and Kholberg. New York: Paulist Press.
Hurlock, E. B. (1980). Child Development Sixth Edition (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Ibung, D. (2009). Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: Gramedia.
Ilham, W. T. (2012). “Hubungan antara tingkat penalaran moral dengan kedisiplinan siswa SMK 1 Sragen”. Naskah Publikasi Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurtines, M. W & Gerwitz, J. L. (1992). Morality, Moral Behavior & Moral Development. (Alih Bahasa M.I. Solaeman). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nucci, L & Narvaez, D. (2014). Handbook Pendidikan Moral dan Karakter. Terjemahan. Bandung: Nusa Media.
Olufunmilola, Adeusi. (2012). Efficacy if cognitive restructuring and behaviouralrehearsial and conduct disorder in adolesents in special correlational centres in lagos state. (Tesis). Departement of psychology college of development studies. Covenant University. Ota.
Purwanti, E. L & Muhari. (2013). “Hubungan antara tingkat penalaran moral pada remaja dengan perilaku seks pranikah di kost “ad”. Journal Psikologi UNESA. Character. 1 (2).
Santrock, J. W. (2005). Adolescene, Eleventh Edition, Remaja. Edisi Kesebelas. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.