MAKNA UKIRAN NI’OBUAYA DAN NI’OTALINA WÖLIWÖLI DESA HILIMONDREGERAYA KECAMATAN ONOLALU: KAJIAN SEMIOTIKA KULTURAL
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh generasi muda desa Hilimondregeraya pada zaman sekarang, mereka ternyata masih belum memahami apa sebenarnya makna dari setiap ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli desa Hilimondregeraya kecamatan Onolalu kajian semiotika kultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Peneliti mencari responden yang memenuhi kriteriadengan jumlah responden 3 orang berusia 61 ke atas, peneliti membuat transkrip dari tuturan dari hasil rekaman, peneliti mengklasifikasikan tuturan yang memiliki makna, peneliti mendeskripsikan makna, fungsi, guna, manfaat dan makna ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli berdasarkan tuturan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) makna ukiran Ni’obuaya berarti menyerupai buaya bentuk ini melambangkan kekuasaan raja (Si’ulu) yang bersifat adil dan melindungi, serta mengayomi masyarakat. (2) makna ukiran Ni’otalina Wöliwöli berarti menyerupai tumbuhan pakis yang melambangkan kesuburan, dan melambangkan kebesaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa makna ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli merupakan sebagai pemimpin karena ukiran ini dipergunakan oleh kepala suku atau pimpinan untuk menakuti masyarakat agar tunduk dan patuh pada hukum adat yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada mahasiswa, agar melaksanakan penelitian lanjutan, baik tentang makna ukiran maupun kajian dibidang yang lain untuk memperluas karyanya, hendaknya budaya makna ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli tetap dilestarikan sehingga makna yang terdapat di dalamnya menjadi pembelajaran bagi masyarakat Nias.
Article Details
References
Koestoro, Lukas Partanda dan Wiradnyana. 2007. Megalithic Traditions In Nias Island. Medan: Archeological Office.
Herimanto & Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan Buadaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rachmah, Ida. 2014. Metodologi Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta: Prenada Media Grop.
Sachari, Agus. 2005. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga.
Setiadi, Elly M Hakan dan effendi. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2012. Metodologi Penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
________, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
W., Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.
Zalukhu, Sukawati. 2012. Seni Budaya Nias. Telukdalam: Yayasan Gema Budaya Nias.
Zendato, Samudra K. 2014. Kebudayaan dan Pariwisata Nias. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Martinus. 2016. Persepsi Remaja Tentang Makna Ukiran Lefofade di desa Pelita Kanaan Kecamatan Malinau. E-Journal Sosiatri-Sosiologi 2016, 4 (3): 155-166 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id.
Okky Masito B. Makna Simbolis Deformasi Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu dalam karya Lukis.
Nigrum, Ika Widya. 2015. Bentu-bentuk Makna Satuan Lingual Nama-nama Motif Seni Ukir Jepara.
Ramdani, Alwan Husni. 2016. Analisis Semiotika Foto Bencana Kabut Asap. Universitas pendidikan Indonesia.
Harita, Folakhomi. 2019. Makna Ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina Wöliwöli Desa hilimondegeraya. (Hasil Wawancara pada tanggal 29 April 2019).
Laia, Niali & Aturan Ge’e. 2019. Makna Ukiran Ni’obuaya dan Ni’otalina wöliwöli Desa Hilimondregeraya. (Hasil Wawancara pada tanggal 29/30 April 2019).