ANALISIS MAKNA UKIRAN YANG TERDAPAT PADA KORKE DI DESA RIANGKOTEK KECAMATAN LEWOLEMA

Main Article Content

Kristina Jenifo Nero Koten Yohakim Yolanda Mario Leu Imelda Oliva Wissang

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna ukiran yang terdapat pada bangunan Korke, dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce, yang mencakup konsep ikon, indeks, dan simbol. Metode yang digunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian analisis makna ukiran yang terdapat pada korke di desa Riangkotek kecamatan Lewolema disimpulkan sebagai berikut (1) Ukiran buaya pada bumbung Korke memiliki makna perlindungan dalam perjalanan laut, sebagai simbol sakral, (2) Ukiran perahu atau tena memiliki makna sebagai petunjuk terhadap peristiwa pelayaran. Sebagai simbol, perjalanan hidup, perpindahan, harapan, dan keselamatan, dan kelangsungan hidup masyarakat, (3) Ukiran ayam memiliki makna interaksi, penanda waktu, pergantian, keteraturan hidup. Sebagai lambang kedisiplinan waktu dan hubungan sosial, (4) Ukiran belah ketupat memiliki makna keeratan hubungan manusia, alam, dan yang ilahi. Simbol kesuburan, pengorbanan, dan kehidupan, (5) Ukiran ular naga dan tokek memiliki makna kekuatan. Ular Naga merupakan simbol kekuatan, tokek melambangkan penyembuhan, kesehatan, dan keseimbangan antara manusia dan alam, (6). Ukiran ikan memiliki makna pemberian diri. Simbol persembahan, dan pengabdian kepada Sang Pencipta (Nogo Ema), serta penghargaan terhadap laut sebagai sumber rezeki, (7) Ukiran parang memiliki makna keberanian, perlindungan, dan kekuatan. Lambang kesiapan melindungi keluarga serta semangat bekerja untuk bertahan hidup, dan (8) Ukiran burung elang memiliki makna pelepasan, pembebasan. Lambang transformasi spiritual

Article Details

How to Cite
[1]
K. J. N. Koten, Y. Y. M. Leu, and I. O. Wissang, “ANALISIS MAKNA UKIRAN YANG TERDAPAT PADA KORKE DI DESA RIANGKOTEK KECAMATAN LEWOLEMA”, JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT, vol. 13, no. 3, pp. 400-406, Sep. 2025.
Section
Artikel

References

Atasoge, Anselmus Dorewoho; Aran, Alfonsus Mudi; Sihombing, A. A. (2023). Rumah Moderasi Beragama Masyarakat Lamaholot di Flores Timur. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi, 9(1), 33–47.
Bambang, M. (2013). Semiotics In Research Method of Communication. Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika Dan Media Massa, 16(1), 73–82.
Benny, H. H. (2014). Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Komunikasi Bambu.
Daring, K. (2016). Pelestarian. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pelestarian.
Djawad, A. A. (2016). Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi. Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 1(1), 95–101.
Haryoko, S., Arwadi, F., & B. (2020). Analisis Datu Penelitian Kualitatif. Badan Penerbit UNM.
Helaludin. (2019). Analisis Data Kualitatif. Makasar. fayer.
Moleong, L. J. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Muktiono, A. (2020). Mengungkap Pesan Semiotika Arsitektur Rumah Si Pitung. Jurnal Sains & Teknologi, 4(1), 32–41.
Nahak, H. M. I. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76.
Nazaruddin, K. (2015). Pengantar Semiotika. Graha Ilmu.
Pradopo, R. D. (2017). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Belajar.
Rati, R. (2016). Teori dan Aplikasi Semiotika. Celean Timur UH II/548.
Ratna, N. K. (2016). Stilistika Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya. Pustaka Belajar.
Siregar, W. dan E. (2020). Kajian Semiotika Charles Sanders Pierce: Relasi Trikotomi (Ikon, Indeks Dan Simbol) dalam Cerpen Anak Mercusuar karya Mashdar Zainal. Jurnal Ilmu Humaniora. Jurnal Ilmu Humaniora, 4(1), 29–41.
Sobur, A. (2016). Semiotika Komunikasi. Bandung. remaja rosdakarya.
Sudjiman, Panuti, dan A. V. Z. (2019). Serba-Serbi Semiotika. Gramedia.
Sugiono, S. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta, 288.
Syafindra, M., Nurhaliza, B. C., Waruwu, I., & Syahfitri, D. (2019). Makna Semiotik Atap Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu. Basataka JBT, 2(2), 33–39.